Sejak kehadiran ChatGPT pada tahun 2022, kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu bidang dengan pertumbuhan karier tercepat.

Studi dari Stanford University dan Bank Dunia bahkan mencatat, pekerjaan yang berkaitan dengan AI mengalami lonjakan upah paling besar dalam beberapa tahun terakhir.

Di Amerika Serikat saja, median gaji profesional AI telah menembus US$ 135.000 per tahun. Tak ayal, banyak calon mahasiswa hingga profesional mulai melirik jurusan kuliah yang berpotensi membuka jalan ke industri ini.

Menurut Eugene Vinitsky, peneliti AI di New York University, kemampuan matematika dan ilmu komputer tetap menjadi dasar utama di dunia AI. Namun, ia menekankan bahwa keunggulan sejati terletak pada kombinasi antara pemahaman tentang AI dan keahlian di bidang lain.

“Seseorang yang memahami konsep dasar AI tetapi juga menguasai bidang seperti ekonomi, desain, atau filsafat, akan lebih mampu melihat penerapan teknologi ini secara lebih luas dan kontekstual,” ujarnya, dikutip dari Investopedia, Kamis (13/11/2025).

Dengan kata lain, karier di bidang AI tidak hanya terbuka bagi lulusan ilmu komputer, tapi juga bagi mereka yang memiliki latar belakang seperti ekonomi, desain, filsafat, linguistik, hingga neurosains.

Jurusan yang Banyak Dilirik
Ilmu Komputer dan Data Science menjadi dua jurusan yang paling jelas membuka peluang di bidang AI. Keduanya membekali mahasiswa dengan kemampuan pemrograman, analisis data, dan pemodelan algoritma yang menjadi dasar pengembangan sistem cerdas.

Teknik Elektro dan Robotika juga relevan bagi yang tertarik dengan integrasi perangkat keras dan AIan. Sementara itu, bagi yang tertarik memahami sisi manusiawi dari teknologi, jurusan seperti Kognitif dan Neurosains, Desain, atau bahkan Filsafat kini juga banyak dilirik.

Selain itu, jurusan Matematika dan Statistik bisa memberikan bekal untuk memahami logika dan model prediktif yang menjadi fondasi teknologi AI. Jurusan-jurusan ini membantu memahami cara kerja otak, perilaku manusia, dan etika penggunaan AI.

Lengkapi dengan Keterampilan Praktis
Meski gelar akademik penting, dunia kerja AI menuntut lebih dari sekadar teori.

Vinitsky menilai banyak lulusan gagal menembus pasar kerja karena kurang menguasai keterampilan praktis seperti penulisan kode profesional dan manajemen proyek.

“Pengalaman langsung melalui magang, proyek penelitian, atau kontribusi di proyek open source menjadi nilai tambah yang besar,” jelasnya.

Selain itu, kemampuan belajar mandiri dan berpikir kritis juga sangat dibutuhkan. Mengingat AI terus berkembang, para profesional dituntut untuk cepat beradaptasi dan memahami implikasi etis dari teknologi yang mereka ciptakan.

Sumber : Marketeers