Mobil China makin ramai ‘menyerbu’ pasar otomotif Indonesia. Toyota bilang begini soal keberadaan mobil China yang makin banyak di Tanah Air.
Bukan rahasia lagi mobil Jepang sudah puluhan tahun menghiasi jalanan Indonesia. Penjualan mobil Jepang juga mendominasi di Indonesia. Bila merujuk pada data distribusi wholesales maupun retail sales yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), merek Jepang selalu berada di 10 besar terlaris. Setidaknya ada delapan merek mobil Jepang di posisi 10 besar terlaris itu.
Sementara itu mobil China yang baru enam tahun kembali meramaikan pasar otomotif Indonesia, baru ada satu merek di posisi tersebut. Merek Korea pun demikian. Belakangan, mobil China makin banyak masuk ke Indonesia.
Bila sebelumnya yang mungkin sering didengar ada Wuling dan DFSK, kini merek-merek seperti Great Wall Motors, Neta, Haval, Tank, dan Ora juga dipastikan mengisi jalanan Indonesia.
Terkait keberadaan mobil China di Indonesia yang makin banyak, sebagai produsen terlaris Toyota tak menganggap enteng. Bagi Toyota siapapun kompetitornya, Toyota sudah memiliki strategi tersendiri.
“Kita nggak pernah understimate kompetitor, jadi kita diskusi dengan Hao san (Asia DCEO, President TMAP Hao Quec Tien), gimana nih China brand, Korea brand,kita punya strategi juga lah,” kata Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy belum lama ini.
Di kesempatan terpisah Hao Quec Tien memang menyadari keberadaan mobil China makin banyak memenuhi kawasan Asia Tenggara. Terlebih, banyak yang menghadirkan mobil listrik dengan harga terjangkau.
Mobil listrik keluaran China itu juga dipercaya menjadi salah satu solusi di kota-kota besar. Di samping itu di negara asalnya, produsen mobil listrik mendapat insentif yang besar sehingga dijual dengan harga lebih terjangkau. Makanya pasar mobil listrik di China berkembang sangat pesat.
Tapi belakangan penjualan mobil listrik China cenderung stagnan. Inilah yang tengah dicermati Toyota. Walaupun banyak produsen China tengah naik daun, tapi beberapa justru mengalami kerugian karena harus menutup biaya subsidi yang sudah dihilangkan pemerintah China.
Strategi produsen China menghadirkan mobil listrik di Indonesia memang cukup berbeda dengan Toyota. Toyota diketahui lebih fokus terhadap mobil hybrid sebelum akhirnya beralih sepenuhnya ke mobil listrik.
“Banyak ternyata sekarang beralih ke mobil-mobil yang lain karena hypenya udah mulai turun. Jadi sustainability itu menjadi concern kalau saat ini kita hanya fokus ke BEV. Kalau hybrid relatively small subsidi sudah terbukti marketnya ada,” terang Anton.
Source : detik