Optimisme dan pesimisme selalu saja menjadi perdebatan di benak kita. Rasanya, kita hanya bisa memilih salah satu dari dua itu saat menghadapi sebuah persoalan.

Pesimisme menjadi sikap yang diunggulkan untuk membantu kita melihat kemungkinan terburuk dari sebuah keputusan. Di lain sisi, optimisme juga penting. Keyakinan bahwa kita bisa dan akan berhasil melakukan sesuatu, sekalipun dalam kondisi abu-abu, merupakan kunci bagi kita untuk tidak pernah berhenti berusaha.

Sebuah buku bertajuk “Same as Ever: A Guide to What Never Changes” karya Morgan Housel yang juga menulis “The Psychology of Money”, menjelaskan bagaimana menyeimbangkan optimisme dan pesimisme menjadi keahlian yang penting dalam kehidupan dan antara lain diterapkan oleh Bill Gates.

Seorang optimis murni, seperti yang tertulis dalam buku, menggambarkan mereka yang berpikir bahwa segalanya baik-baik saja dan akan selalu begitu. Mereka melihat hal negatif sebagai sesuatu yang cacat, memiliki kepercayaan diri tinggi, dan tidak bisa melihat sesuatu yang salah.

Di lain sisi, seorang pesimis murni berpikir bahwa segala sesuatunya buruk dan akan selalu buruk. Mereka melihat hal positif sebagai sesuatu yang cacat, tidak bisa menyadari bahwa segala sesuatunya berjalan baik, dan kepercayaan diri mereka sangat sedikit.

Di tengah-tengah dua sikap ini, ada yang namanya Sweet Spot alias optimisme rasional. Istilah ini bertengger pada seseorang yang sadar bahwa hidup selalu diikuti oleh masalah, kekecewaan, dan kegagalan, tapi mereka tetap optimis karena tahu bahwa kegagalan bukanlah akhirnya.

Bill Gates, tokoh miliuner sekaligus visioner yang jenius, merupakan contoh bagus dari kasus optimisme rasional ini.

Sejak ia memulai Microsoft, Bill selalu memiliki cukup uang di bank untuk menghidupi perusahaannya selama 12 bulan mendatang bahkan bila tidak ada pendapatan sekalipun.

Tahun 1995, dia ditanya oleh Charlie Rose kenapa menyimpan begitu banyak uang. Bill Gates menjawab bahwa perkembangan teknologi yang pesat membuat ia tidak bisa menjamin keberlangsungan perusahaan.

“Aku selalu khawatir karena orang-orang yang bekerja untukku lebih tua dariku dan memiliki anak. Aku selalu berpikir ‘Bagaimana bila kita tidak memiliki pendapatan? Akankah aku bisa menggaji mereka?” kata Bill Gates di tahun 2007, seperti dikutip detikINET dari CNBC, Jumat (17/11/2023)

Di sinilah optimisme dan kepercayaandiri berpadu dengan pesimisme. Yang bisa dipetik dari Bill Gates adalah bahwa kita bisa menjadi optimis di perjalanan yang panjang selama kita cukup pesimis untuk bertahan di perjalanan yang singkat. Khalisha Fitri

Source : detik