Harga emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa kemarin. Harga sang logam mulia terbang setelah Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga.
Merujuk data Refinitiv, harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.070,90 per troy ons atau terbang 1,72% pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (1/12/2023). Harga tersebut adalah yang tertinggi dalam sepanjang masa.
Harga emas pada perdagangan kemarin sempat menyentuh US$ 2.075,35 per troy ons atau mengalahkan rekor terbaik sebelumnya yang tercatat US$ 2.072 per troy ons.
Emas kemudian sedikit melandai dan ditutup pada posisi US$ 2.070,90 per troy ons. Posisi penutupan tersebut juga menjadi yang tertinggi sepanjang masa. Posisi penutupan tertinggi sebelumnya adalah pada 6 Agustus 2020 yakni US$ 2.063,19 per troy ons.
Harga penutupan kemarin terbilang luar biasa mengingat harga emas jarang sekali menyentuh level di atas US$ 2.000 apalagi di atas US$ 2.050.
Sepanjang sejarah, emas hanya menyentuh level SU$ 2.050 sebanyak tiga kali yakni 8 Agustus 2020, 4 Mei 2022, 8 Maret 2023, dan kemarin (1/12/2023).
Kenaikan 1,73% sehari juga menjadi yang tertinggi sejak 13 Oktober lalu.
Dalam sepekan harga emas melesat 3,44% atau yang tertinggi sejak pekan pertengahan Oktober 2023. Kenaikan kemarin juga memperpanjang tren positif emas yang selalu menguat dalam tiga pekan terakhir. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah terbang 13,1%.
Harga emas setelah Powell mengisyaratkan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga kembali. Berbicara di event di Spelmen College, Atlanta, Powell memang menegaskan jika The Fed belum memikirkan pemangkasan suku bunga. Namun, Powell menjelaskan jika kondisi saat ini sudah sesuai dengan keinginan The Fed.
“Risiko sekarang ini lebih berimbang. Kami mendapatkan apa yang kami inginkan. Ke depan, The Fed akan lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan,” tutur Powell, dikutip dari Reuters.
Sebagai catatan, The Fed menargetkan inflasi AS ada di kisaran 2% dan inflasi AS sudah bergerak ke 3,2% (year on year/yoy) pada Oktober 2023. Data tenaga kerja juga menunjukkan ekonomi AS sudah mendingin.
Harga emas sangat sensitif terhadap kebijakan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat.
Kondisi ini memberi dampak negatif ke emas karena emas tidak menawarkan imbal hasil seperti US Treasury. Kenaikan dolar juga membuat emas semakin sulit dibeli sehingga tidak menarik.
Analis independen, Tai Wong, mengatakan harga emas melonjak karena pelaku pasar optimis The Fed segera memangkas suku bunga meskipun Powell belum mengisyaratkan hal tersebut.
Pelaku pasar juga meyakini suku bunga tidak akan dikerek lagi sehingga suku bunga tidak akan melewati batas saat ini yakni 5,25-5,50%. Mereka bahkan berekspektasi jika The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret tahun depan.
“Emas melonjak karena Powell menegaskan kebijakan The Fed akan terbatas sehingga market kini memproyeksikan suku bunga akan segera memasuki zona pemangkasan,” tutur Tai Wong, dikutip dari Reuters.
Everett Millman, analis dari Gainesville Coins, memperkirakan harga emas masih berpeluang naik hingga akhir tahun. Terlebih, harga emas kerap naik di akhir tahun karena efek Santa Claus rally sebagai dampak melonjaknya permintaan.
“Emas sebelumnya pernah menguat karena Satna Claus rally. Saya perkirakan harga emas akan terus menguat hingga akhir tahun,” ujarnya.
Source : CNBC INDONESIA RESEARCH