Sejumlah ahli mengungkap temuan 250.000 potongan partikel nanoplastik yang sangat kecil dan tidak terlihat ada di dalam botol kemasan.
Temuan terkini itu terdeteksi dan dikategorikan untuk pertama kalinya oleh mikroskop menggunakan laser ganda.
Sebelumnya, dugaan keberadaan nanoplastik hingga mikroplastik di dalam air mineral kemasan atau botol minum sudah banyak diungkap para ahli, meski mereka belum mampu mengungkapkan jumlah dan jenisnya.
Namun, temuan teranyar oleh ahli di Universitas Columbia dan Rutgers itu telah mampu menghitung jumlah dan jenisnya.
Temuan ini diperoleh dari penelitian mikroskopis laser gandar terhadap lima sampel botol dari tiga merek air minum kemasan yang umum dijual di toko-toko ritel seperti Walmart.
Para peneliti itu menemukan tingkat partikel berkisar antara 110.000 hingga 400.000 per liter, rata-rata sekitar 240.000.
Partikel nanoplastik itu berukuran kurang dari satu mikron, jauh lebih kecil dibanding ukuran rambut manusia yang lebarnya sekitar 83 mikron.
Penelitan itu juga mengungkapkan bahwa sekitar 10 hingga 100 kali lebih banyak nanoplastik dibandingkan mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan.
Temuan yang dipublikasikan melalui The Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) mengungkapkan sebagian besar plastik di air kemasan itu berasal dari botol itu sendiri dan filter membran reverse osmosis yang digunakan untuk mencegah kontaminan lainnya.
Tapi, para peneliti masih belum bisa menjawab pertanyaan besarnya: Apakah potongan nanoplastik tersebut berbahaya bagi kesehatan?
“Saat ini sedang dikaji. Kami tidak tahu apakah itu berbahaya atau seberapa berbahayanya,” kata salah satu tim peneliti, Phoebe Stapleton, ahli toksikologi di Rutgers, dilansir The Associated Press, Minggu (14/1/2024).
Asosiasi Air Minum Dalam Kemasan Internasional berpendapat saat ini terdapat kurangnya metode (pengukuran) standar dan tidak ada konsensus ilmiah mengenai potensi dampak kesehatan dari partikel nano dan mikroplastik.
“Oleh karena itu, pemberitaan media tentang partikel-partikel ini dalam air minum hanya menakut-nakuti konsumen,” tulis The International Bottled Water Association itu dalam sebuah keterangan.
Meski demikian, keempat tim peneliti yang diwawancarai The Associate Press mengatakan mereka mengurangi penggunaan air kemasan setelah melakukan penelitian.
Wei Min, ahli studi kimia fisik di Columbia yang memelopori teknologi mikroskop laser ganda, mengatakan dirinya telah mengurangi penggunaan air kemasannya setengah dari konsumsi biasanya. Sedangkan Stapleton, mengatakan lebih mengandalkan air yang disaring di rumahnya di New Jersey.
Sementara itu, pakar lain di luar penelitian itu, seperti Jason Somarelli, profesor kedokteran dan direktur kelompok onkologi komparatif di Duke University, mengatakan nanoplastik ini dapat diinternalisasi ke dalam sel dan nanoplastik membawa semua jenis bahan kimia tambahan yang dapat menyebabkan stres sel, kerusakan DNA, dan mengubah metabolisme atau fungsi sel.
Somarelli mengatakan karyanya yang belum dipublikasikan telah menemukan lebih dari 100 “bahan kimia penyebab kanker yang diketahui dalam partikel plastik ini.”
Ahli biologi evolusi Universitas Toronto, Zoie Diana, menambahkan “partikel kecil dapat muncul di berbagai organ dan dapat melintasi membran yang tidak seharusnya dilintasi, seperti penghalang darah-otak.”
Source : CNBC Indonesia