Terhitung 100 hari pasca serangan Israel ke Gaza di 7 Oktober 2023 lebih dari 24 ribu warga tewas. Sekitar 70 persen di antaranya merupakan kelompok wanita dan anak-anak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan tercatat lebih dari 300 serangan ke fasilitas kesehatan, memicu minimnya akses masyarakat untuk menghadapi kondisi kritis imbas pengeboman besar-besaran.

Mayoritas RS di Jalur Gaza menurut WHO bahkan berhenti beroperasi. Hanya 15 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi, itupun sangat terbatas.

“Petugas kesehatan di Gaza bekerja secara heroik dalam kondisi yang mengejutkan. Pasien menghadapi proses amputasi yang tidak biasa. Mereka memiliki kondisi kronis serius, bahkan sekarat karena kurangnya perawatan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataan resminya seperti dilihat di akun Instagram @drtedros, Senin (15/1/2024).

“Penyakit menyebar di antara populasi yang dipaksa untuk berkumpul ke ruang yang lebih kecil, dengan sedikit air bersih atau akses ke sanitasi,” sambung dia.

Warga di Gaza tak berhenti hidup dalam ketakutan. Tedros meminta gencatan senjata segera diberlakukan, demi menekan korban kematian terus berjatuhan.

“Orang-orang di Gaza hidup di neraka. Tidak ada tempat yang aman, 100 hari dan terus bertambah, rasa tidak aman dan ketakutan yang tak henti-hentinya sulit hanya tergambarkan oleh kata-kata,” bebernya.

“Semuanya harus dilakukan untuk mengakhiri kekerasan dan mencegah kematian serta cedera yang tidak perlu. CeasefireNOW,” pungkasnya.

Source : detik