Korea Utara mengklaim sukses menguji rudal berbahan bakar padat baru yang dilengkapi dengan hulu ledak hipersonik.

Peluncuran rudal tersebut dilakukan pada Minggu (14/1/2024) sore dan terjadi pada momen yang sama saat Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui menuju ke Moskow.

Ini juga berlangsung di tengah kekhawatiran AS dan negara lain bahwa Pyongyang menjual senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina dengan imbal baliknya teknologi Rusia.

Peluncuran rudal yang terdeteksi oleh negara tetangga Korut, Jepang dan Korea Selatan, itu dirancang untuk menguji keandalan mesin bahan bakar padat multi-tahap baru dengan daya dorong tinggi dan hulu ledak bermanuver hipersonik jarak menengah, menurut Korean Central News Agency (KCNA).

KCNA, kantor berita yang dikendalikan pemerintahan Kim Jong Un, mengklaim uji coba tersebut “tidak pernah memengaruhi keamanan negara tetangga mana pun dan tidak ada hubungannya dengan situasi regional.”

Rudal tersebut terbang menuju Laut Timur, menempuh jarak sekitar 1.000 km (621 mil), menurut Kepala Staf Gabungan di Seoul dalam sebuah pernyataan pada hari yang sama.

Pihak berwenang di Seoul, Washington DC, dan Tokyo sejauh ini sedang menganalisis spesifikasi rudalnya.

Melansir Al Jazeera, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan ketinggian maksimum rudal ini setidaknya mencapai 50 km (30 mil).

Di saat situasi ekonomi sulit, Pyongyang juga melakukan serangkaian uji coba senjata yang memecahkan rekor pada 2023, termasuk rudal balistik berbahan bakar padat pertamanya, yang oleh para ahli disebut sebagai terobosan teknologi besar.

Uji coba rudal terakhir Korea Utara sendiri adalah rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat (ICBM) Hwasong-18, yang ditembakkan ke Laut Timur pada 18 Desember 2023.

Sebelumnya, mereka juga menguji mesin bahan bakar padat baru untuk rudal balistik menengah pada 11 November dan 14 November.

Korut juga menempatkan satelit mata-mata pertamanya ke orbit, setelah dua kali gagal.

Para analis mengatakan mereka mendapat manfaat dari keahlian Rusia setelah Kim melakukan perjalanan ke Kosmodrom Vostochny Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin.

Saat itu, Kim merinci daftar keinginan peralatan militer canggih, termasuk senjata hipersonik, rudal multi-hulu ledak, satelit mata-mata, rudal jarak jauh berbahan bakar padat, dan rudal nuklir yang diluncurkan kapal selam pada 2021.

Penampakan satelit mata-mata Korea Utara

Rudal berbahan bakar padat dapat diluncurkan lebih cepat dan lebih mudah untuk dipindahkan dan disembunyikan, sehingga secara teoritis membuatnya lebih sulit untuk dideteksi.

Senjata hipersonik dirancang untuk terbang dengan kecepatan melebihi Mach 5 atau lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.200 km per jam.

Jika disempurnakan, sistem tersebut berpotensi ancaman buat sistem pertahanan rudal regional karena kecepatan dan kemampuan manuvernya.

Keunggulan
Rudal hipersonik, dikutip dari Reuters, biasanya meluncurkan hulu ledak yang sering kali bermanuver pada ketinggian yang relatif rendah.

Terlepas dari namanya, para analis mengatakan fitur utama senjata hipersonik bukanlah kecepatan, yang terkadang dapat ditandingi atau dilampaui oleh hulu ledak rudal balistik tradisional, namun kemampuan manuvernya.

Uji coba rudal hipersonik pertama Korea Utara pada 2021 menampilkan hulu ledak berbentuk pesawat layang.

Peluncuran pada 2022 menggunakan apa yang menurut para pejabat militer dan analis Korea Selatan adalah kendaraan manuver berbentuk kerucut (MaRV) atau hulu ledak rudal balistik yang mampu bermanuver untuk menghantam sebuah target.

Menggabungkan kendaraan luncur dengan rudal yang dapat meluncurkannya sebagian ke orbit, yang disebut sistem pemboman orbital fraksional (FOBS), dapat menghilangkan waktu reaksi dan mekanisme pertahanan tradisional musuh.

Sebaliknya, rudal balistik antarbenua (ICBM) membawa hulu ledak nuklir pada lintasan balistik yang bergerak ke luar angkasa tetapi tidak pernah mencapai orbit.

Pengujian senjata hipersonik ini, yang juga digelar China, Rusia, hingga AS, adalah menjadi perhatian karena berpotensi menghindari perisai rudal dan sistem peringatan dini.

“Korea Utara tampaknya mencoba mengembangkan rudal hipersonik dan rudal balistik jarak menengah berdasarkan penguat roket propelan padat,” kata Chang Young-keun, profesor di Korea Aerospace University.

“Khususnya, rudal hipersonik jarak menengah hingga jarak jauh akan berguna untuk menyerang Guam (pulau di pasifik milik AS) sambil menghindari sistem pertahanan rudal AS,” ungkapnya.

Momen rawan
Pemimpin Korut Kim Jong Un pekan lalu mencap Seoul sebagai “musuh utama” dan memperingatkan dirinya tidak akan ragu untuk memusnahkan Korea Selatan.

“Waktu bersejarah akhirnya tiba ketika kita harus mendefinisikan entitas yang disebut Republik Korea [Korea Selatan] sebagai negara yang paling memusuhi Republik Demokratik Rakyat Korea,” kata Kim seperti dilaporkan oleh KCNA.

Para analis mengatakan momen pengujian senjata terbaru ini menimbulkan kekhawatiran.

“Peluncuran ini lebih dari sekedar ujian karena terjadi segera setelah rezim Kim meningkatkan retorika perang terhadap Korea Selatan dan tepat sebelum menteri luar negeri Korea Utara melakukan perjalanan ke Rusia,” kata Leif-Eric Easley, profesor di Ewha University, Seoul.

“Pameran kekuatan Pyongyang harus menjadi perhatian selain Seoul, karena kerja sama militernya dengan Moskow menambah kekerasan di Ukraina, dan karena Pyongyang mungkin lebih mau untuk menantang AS dan sekutunya sementara perhatian global tertuju pada Timur Tengah.”

Source : CNN Indonesia