Seniman teater sekaligus penyanyi kelompok musik Deredia, Louise Monique Sitanggang, berhasil tampil apik untuk “menghidupkan” kembali sosok biduan legendaris era ’30-an yaitu Roekiah dalam pentas monolog bertajuk “Kenang-kenangan Roekiah” persembahan Galeri Indonesia Kaya, Sabtu (27/1/2024).
Roekiah merupakan perempuan pertama di Indonesia yang berhasil meraih kesuksesan di dunia musik dan perfilman. Dia memulai karier sejak kecil di bidang tarik suara dan sandiwara dengan mengikuti pementasan-pementasan milik sang orangtua.
Roekiah pernah bergabung di “Opera Palestina di Batavia”, hingga akhirnya bernyanyi bersama orkes Lief Java: sebuah orkes yang terkenal di Batavia pada masa itu yang tak lain adalah tempat bagi Ismail Marzuki memulai karier bermusik.
Dikenal dengan suaranya yang lembut dan penuh penghayatan, Roekiah menjadi bintang panggung yang dicintai masyarakat saat itu. Tahun 1937 menjadi awal dari kesuksesan dirinya di dunia film. Nama dan wajah Roekiah semakin dikenal masyarakat ketika dirinya mendapatkan peran utama di film “Terang Boelan” yang amat sukses.
Melalui pergelaran berdurasi kurang lebih enam puluh menit, Louise Monique mengajak penikmat seni berkelana ke era keemasan Roekiah. Dalam pergelaran monolog dengan latar ruang kamar rias itu, Louise tampil paripurna menggambarkan kisah hidup dan masa perjuangan Miss Roekiah.
“Orang sering bilang, kalau hidup seorang penampil itu ya saat ia ada di atas panggung, saat ia menunjukkan perasaannya yang jujur ke dalam sebuah karya yang indah. Justru, banyak yang tidak tahu hidupku di balik cahaya panggung,” tutur Louise saat memerankan Roekiah di auditorium Galeri Indonesia Kaya.
Dari balik meja rias, Roekiah lantas dengan gamblang dan jujur menggambarkan perasaan untuk menceritakan kehidupan, dari kisah romansa dengan kekasihnya Kartolo, masa pendudukan Jepang yang sarat kekejaman, pertemuan dengan Ismail Marzuki, hingga dinamika kehidupan dalam dunia tarik suara dan pentas teater.
Sembari menceritakan sisi terdalam dari perasaannya, Roekiah juga melantunkan sejumlah lagu lawas pada setiap fragmen yang menjadi penanda dalam babak kehidupannya, seperti “Sampai Hati”, “Bunga Mawar”, “Pulau Moetaroe”, dan beberapa karya lainnya.
“Banyak kawan-kawan bermain di tepi laut, di Pulau Moetaroe. Lari-lari sambil bergurau di tepi laut, di Pulau Moetaroe. Waktu padi di Pulau Moetaroe kelihatan pemandangan lah yang paling indah. Maka itu semua kawanku sekalian jangan selalu memikir susah,” senandung Roekiah dengan suara tinggi yang khas milik Louise Monique.
Usai tampil dalam pertunjukan, Louise berbagi kesan pada aksi keduanya memerankan dan menyanyikan lagu-lagu yang pernah dipopulerkan oleh Roekiah. Sebelumnya, Louise memang sudah pernah memerankan sosok yang sama dalam “Serial Musikal Payung Fantasi” yang dipersembahkan oleh Indonesia Kaya.
“Sebuah kehormatan bagi saya diminta langsung untuk mengenalkan kembali lebih dalam lagi sosok Roekiah. Kembali memerankan sosok Roekiah merupakan sebuah pengalaman yang amat berkesan, karena selain dapat menghibur para penikmat seni, saya dapat menggaungkan kembali nama serta karya penting dari sejarah kesenian Indonesia,” ujar Louise.
Sementara itu Program Director Galeri Indonesia Kaya Renitasari Adrian mengungkapkan bahwa pekan ini, pihaknya mengajak para penikmat seni untuk mengenang sosok Diva Indonesia yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia di era kolonial tersebut.
Melalui pertunjukan “Kenang-Kenangan Roekiah”, Renitasari melanjutkan, pihaknya ingin mengingatkan kembali para penikmat seni tentang sejarah dari Miss Roekiah yang merupakan sosok inspiratif dan berjasa bagi perkembangan musik serta perfilman Indonesia.
“Miss Roekiah berhasil menginspirasi banyak perempuan Indonesia dari masa ke masa melalui karya-karyanya. Selain menghibur, kami harap pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya hari ini dapat mengenalkan dan menambah wawasan para penikmat seni yang didominasi oleh generasi muda,” tutur dia.
Pertunjukan “Kenang-Kenangan Roekiah” disutradarai oleh Chriskevin Adefrid dengan penata musik Yosua Simanjuntak. Sosok Louise Monique sendiri adalah seorang biduan dari grup musik beraliran 1950-an yang bernama Deredia.
Musik sudah menjadi bagian dari diri Louise sejak dia kecil. Selama Louise tumbuh besar di Tembagapura, sang ayah memperkenalkannya terhadap berbagai macam jenis musik. Salah satu yang sangat mempengaruhinya dalam berkarya adalah musik dan film karya Disney.
Louise lantas memulai pendalaman di bidang musik dengan melakukan pendidikan di Yayasan Pendidikan Musik (YPM) & Gita Svara yang kemudian membawanya bergabung bersama Susvara Opera Company & Indonesian National Orchestra. Dia juga terlibat dalam beberapa produksi Teater Koma di bidang musik, seperti “Sie Jin Kwie”, “Ibu”, “Demonstran”, dan “Inspektur Jendral”.
Pada tahun 2019, Louise menjadi salah satu peserta dari program Indonesia Kaya yaitu “Indonesia Menuju Broadway” dan pada tahun 2022 menjadi tahun perdana baginya untuk tampil dalam produksi teater musikal di “Payung Fantasi”.
Tidak hanya bersama kelompok musik Deredia, saat ini Louise juga aktif bergabung dalam trio musik bimbingan Indonesia Kaya yang bernama Sri Panggung.
Source : Antara