Dunia diprediksi akan mengalami krisis utang hingga 10 tahun ke depan. Hal ini disampaikan langsung oleh ekonom Arthur Laffer, Rabu (7/2/2024).
Peringatan Laffer tiba saat pinjaman global mencapai rekor US$ 307,4 triliun (Rp 4,8 juta triliun) pada September lalu. Baik negara-negara berpendapatan tinggi maupun berkembang telah mengalami peningkatan utang sebesar US$ 100 triliun dibandingkan satu dekade lalu akibat suku bunga yang tinggi.
“Saya memperkirakan 10 tahun ke depan akan menjadi ‘Dekade Utang’,” kata presiden penasihat investasi dan kekayaan Laffer Tengler Investments, dikutip CNBC Internasional.
“Utang secara global akan mencapai puncaknya. Itu tidak akan berakhir dengan baik,” tambahnya.
Untuk memenuhi pembayaran utang, diperkirakan sekitar 100 negara harus memotong belanja infrastruktur sosial penting. Termasuk kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Laffer mengatakan akan ada taruhan besar dari upaya pelunasan utang-utang ini. Menurutnya, negara-negara yang berhasil memperbaiki situasi fiskalnya dapat memperoleh manfaat dengan menarik tenaga kerja, modal, dan investasi dari luar negeri.
Di sisi lain negara-negara yang tidak berhasil memperbaiki situasi fiskalnya akan kehilangan sumber daya manusia. Bukan hanya itu, ini pun akan menggeras pendapatan.
“Saya memperkirakan beberapa negara besar yang tidak mengatasi masalah utang mereka akan mengalami kematian fiskal secara perlahan,” kata Laffer.
“Beberapa negara berkembang bisa saja mengalami kebangkrutan,” tegasnya.
Lebih detil ia menjelaskan, pasar negara maju seperti AS, Inggris, Jepang dan Perancis bertanggung jawab atas lebih dari 80% penumpukan utang pada paruh pertama tahun lalu. Sementara di negara-negara berkembang seperti China, India, dan Brasil mengalami peningkatan utang paling besar.
Ekonom tersebut memperingatkan bahwa pembayaran utang akan menjadi masalah yang lebih besar. Karena populasi di negara-negara maju terus menua dan pekerja menjadi semakin langka.
“Ada dua cara utama untuk mengatasi masalah ini,” tambahnya lagi.
“Menaikkan pajak atau menumbuhkan perekonomian Anda lebih cepat daripada menumpuknya utang,” jelasnya.
Komentar Laffer muncul setelah keputusan bank sentral AS, Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed as) mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan Januari. Ini juga menghilangkan harapan penurunan suku bunga pada bulan Maret.
Source : CNBC Indonesia