Inggris resmi tergelincir ke jurang resesi setelah pertumbuhan ekonomi yang dirilis, Kamis (15/2/2024) tercatat minus 0,3 persen pada kuartal IV-2023.
Sebelumnya, pada kuartal III-2023 perekonomian Inggris juga terkontraksi 0,1 persen. Artinya, resmi resesi karena pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut.
“Semua sektor utama melemah pada kuartal ini, dengan manufaktur, konstruksi dan perdagangan grosir menjadi penghambat utama pertumbuhan,” ujar Direktur Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris Liz McKeown dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN.
ONS memperkirakan sepanjang 2023 perekonomian Inggris hanya akan meningkat 0,1 persen. Ini akan menjadi kinerja terburuk sejak 2009, di mana pada waktu itu perekonomian masih belum pulih dari krisis keuangan global.
Namun, kondisi terburuk itu tidak memperhitungkan 2020 yang terdampak pandemi covid-19.
“Secara umum, keseluruhan perekonomian sepanjang 2023 perekonomian datar,” imbuh McKeown.
Produk domestik bruto Inggris tercatat hanya tumbuh 0,5 persen pada 2023 dan diperkirakan akan tumbuh 0,6 persen tahun ini. Ini menjadikan Britania Raya menjadi negara dengan kinerja terburuk kedua di antara negara-negara besar.
Dengan kondisi ini, maka janji Perdana Menteri Rishi Sunak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi gagal.
Janji yang gagal menjelang pemilihan umum (pemilu) di Inggris membuat posisi Partai Konservatif, tempat Sunak bernaung terancam. Sebab, Partai Buruh sebagai oposisi unggul dalam survei jajak pendapat yang dilakukan banyak lembaga.
Source : CNN Indonesia