Kehidupan di zaman Jepang lebih menderita dibanding Belanda, demikian penuturan Nursiah, 92 tahun.

Eyang berintah dua ini mengungkapkan tentara Jepang kerap merampas apa saja benda berharga milik rakyat yang ditemui ketika dalam perjalanan ke Kota Kandangan, waktu itu.

Jepang sempat menjajah dari 1942-1945. “Kami yang masih anak-anak ketika itu berlarian bersembunyi di belakang rumah kalau Jepang lewat,” katanya kepada Monitor Borneo, Rabu (12/7/2023) di Anjir, Barito Kuala.

Tentara Jepang datang dari arah Tanjung (Kabupaten Tabalong) melewati Angkinang (kampung Nursiah) menuju kota Kandangan.

“Orang Jepang naik kuda. Kalau ada sepeda orang dirampasnya,” ujar Nursiah mengenang.

Selain sepeda, Jepang juga merampas kain-kain milik pedagang di pasar. Sehingga masyarakat hanya mengenakan pakaian-pakaian rombeng atau dari bahan karung.

Tentara Jepang juga membeli paksa beras milik petani dan menyimpannya di gudang-gudang penimbunan harta Jepang di beberapa lokasi.

Ia juga mengisahkan ada dua perempuan cantik warga kampung Angkinang yang kawin dengan Jepang di kota Kandangan. Dan kembali ke kampung ketika tentara Jepang pulang ke negara asalnya. “Tak ada yang punya anak dengan orang Jepang itu,” katanya.

“Sakit banar (sekali) zaman Jepang itu,” pungkas Nursiah. BA