Byju, startup perusahaan edutech asal India kini tak lagi berharga di pasar saham. Salah satu investornya, yakni Prosus bahkan telah merelakan uang yang mereka tanam di startup India itu.
Byju sempat jadi multi-decacorn saat nilai atau valuasi perusahaannya mencapai US$ 22 miliar (Rp 360 triliun) pada Januari 2024. Namun, saham perusahaan yang didirikan oleh Byju Raveendran and Divya Gokulnath pada 2011 silam itu kini dihargai nol.
Prosus, investor teknologi raksasa global merupakan salah satu investor paling besar di Byju dengan kepemilikan 9,6%. Saham Prosus di Byju nilainya sempat mencapai US$ 2,1 miliar (Rp 34 triliun) saat valuasi Byju membubung di Rp 360 triliun.
Dalam laporan kuartalannya yang baru dirilis, Prosus menyatakan saham mereka di Byju sekarang berharga nol karena penurunan nilainya bagi pemodal ekuitas.
Namun, Tech Crunch melaporkan bahwa Chief Investment Officer Prosus Ervin Tu masih punya harapan Byju bisa bangkit dari keterpurukan jika tata kelola di perusahaan asal India tersebut dirombak.
Byju adalah startup yang bergerak di bidang pendidikan yang beroperasi di Asia Selatan dan Timur Tengah. Kini, perusahaan itu sedang menghadapi berbagai masalah keuangan dan tata kelola.
Permasalahan di Byju mengemuka saat perusahaan terus menerus menunda rilis laporan keuangan. Ketika laporan keuangan akhirnya dipublikasikan, pendapatan Byju jauh di bawah proyeksi.
Prosus, investor startup kelas kakap yang mengantongi saham Tencent dan OLX, adalah salah satu yang menarik perwakilannya di dewan komisaris Byju. Mereka menuding Byju tidak mengindahkan saran para pemegang saham.
Para investor Byju juga menyebut manajemen perusahaan bohong soal penggalangan dana US$ 200 juta yang diumumkan tahun ini.
HSBC turut menilai harga saham Byju nyaris tak ada harganya. Dalam risetnya, HSBC menilai kepemilikan Prosus atas 10% saham Byju sudah tak layak untuk diperhitungkan.
Kondisi Byju berubah 180 derajat hanya dalam setahun. Startup tersebut sebelumnya sempat menggelontorkan US$ 2,5 miliar (Rp 39 triliun) untuk mengakuisisi lebih dari selusin perusahaan pada 2021 dan 2022.
Byju tercatat telah menggalang dana lebih dari US$ 5 miliar (Rp 78,89 triliun) dalam bentuk ekuitas dan utang dari investor kelas kakap seperti General Atlantic, Silver Lake, Peak XV, Lightspeed, Chan Zuckerberg Initiative, BlackRock, UBS, Prosus Ventures dan B Capital.
“Sudah lebih dari 21 bulan sejak penggalangan dana eksternal terakhir kami. Selama itu kita telah memangkas pengeluaran [burn] dan membentuk organisasi yang lebih ramping,” kata Raveendran.
Anggota dewan komisaris Byju yang mundur adalah GV Ravishankar, partner di modal ventura Peak XV Partners yang sebelumnya bernama Sequoia India, Russer Dreisenstock dari Prosus serta Vivian Wu dari Chan Zuckerberg Initiative, yayasan milik pendiri Facebook Mark Zuckerberg dan istrinya Priscilla Chan.
Dewan komisaris Byju saat ini hanya diisi sang pendiri Byju Raveendran dan keluarganya, yakni Divya Gokulnath (istri) dan Riju Raveendran (adik).
Deloitte, perusahaan konsultan akuntansi yang ditugaskan untuk melakukan audit, mundur karena Byju terus menunda penerbitan laporan keuangan 2011-2022 dan tidak kunjung menyediakan dokumen keuangan yang diminta.
Source : CNBC Indonesia