Meski Indonesia tengah dihadapkan oleh situasi ekonomi yang sulit, seperti halnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Ketua Umum Himpunan dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyebut perdagangan dalam negeri justru masih memiliki banyak potensi.
“Jadi yang dibilang situasi lagi jelek, Indonesia ini menurut kami dari Hippindo, berdasarkan laporan anggota, mereka malah banyak buka toko. Artinya, masih banyak potensi dari perdagangan dalam negeri,” kata Budihardjo saat ditemui usai membuka acara JITEX di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (7/8/2024).
Untuk itu, menurutnya perlu diperkuat pasar dalam negeri, dengan cara memberikan wadah untuk para pelaku usaha memasarkan dagangannya. Seperti dibuatkan pameran-pameran yang juga didukung oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah.
“JITEX ini kan didukung pemerintah DKI Jakarta. Pada satu pameran itu akan timbul transaksi, uang berputar terus seperti bola salju. Itulah yang menghidupi Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Budihardjo menilai pemerintah harus lebih melonggarkan kebijakan untuk pelaku usaha. Sebab, kata dia, banyak pelaku usaha yang justru pada akhirnya merasa terkekang dan kehabisan modal hanya untuk mengurusi perizinan yang tidak penting.
“Jadi resesi global di Indonesia nih karena ada kita mengikat diri kita sendiri dengan banyak peraturan. Mau dagang diatur ini itu, sehingga yang mau dagang itu kehabisan modal hanya untuk ngurusin yang nggak penting. Akhirnya karena peraturan itu membuat kita mati sendiri,” tukas dia.
“Seharusnya dilepaskan dulu, biar di situasi lagi begini tuh berdagang dengan bebas, dengan enak. Tapi tentunya tetap mematuhi keamanan dan keselamatannya. Jadi tetap ada aturan yang dicek pemerintah,” sambungnya.
Meski kondisi pasar dalam negeri disebutnya baik-baik saja dan cenderung baik, Budihardjo menyebut pelaku usaha yang berdagang barang impor kini kesulitan, karena adanya aturan pembatasan impor ilegal.
Menurutnya, pemerintah juga harus mencarikan solusi untuk pedagang-pedagang yang sebelumnya berjualan barang impor ilegal.
“Pengusaha-pengusaha yang beli barangnya dari impor memang kini kesulitan, karena ada penertiban impor ilegal. Jadi kan mereka kasihan juga ya. Nah ini harus dicari solusi, karena mereka mau berjualan barangnya nggak ada. Mereka kan jualan harus punya stok, stoknya itu harus diadakan oleh pemerintah, dengan cara mengimpor yang legal, produksi dalam negeri dan/atau Made in Indonesia,” ucapnya.
Adapun alasan pemerintah harus turut membantu pedagang tersebut, katanya, karena pedagang-pedagang itu bukanlah produsen yang bisa membuat produknya sendiri. Sehingga perlu diarahkan mereka untuk mengisi stoknya dengan produk buatan lokal, supaya mereka tidak lagi menjual barang impor ilegal.
“Mereka kan hanya bisanya menjual barang, bukan bikin barangnya. Banyak yang berdagang seperti itu. kalau bikin barang kan di pabrik,” tukasnya.
Source : CNBC Indonesia