Dunia ‘persilatan’ crazy rich Indonesia ramai pekan kemarin.
Hal itu terjadi usai Dewi Kam sukses menjadi wanita terkaya Asia Tenggara menurut Forbes Real Time Billionaires 2023.
Perempuan berusia 73 tahun itu tercatat memiliki harta US$4,3 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp15.036 per dolar AS, hartanya tembus Rp64,6 triliun.
Dia mengalahkan Somurai Jaruphnit dari Thailand yang berharta US$3,9 miliar alias Rp58,6 triliun.
Dengan kekayaan itu, Dewi juga tercatat menempati peringkat orang terkaya nomor 8 di Indonesia.
Lalu siapa sebenarnya Dewi Kam dan kenapa dia bisa menjadi kaya raya?
Mengutip berbagai sumber, Dewi Kam lahir pada 1951 lalu.
Namun, kehidupan Dewi cukup ‘misterius’. Tidak banyak informasi yang bisa digali mengenai perjalanan hidupnya, baik dari keluarga seperti apa dia lahir, di mana dia kecil dan tumbuh, bagaimana latar belakang pendidikannya dan awal mulai dia berbisnis, hingga kemudian bisa menjadi pengusaha dan tajir melintir seperti sekarang ini, sebagaimana orang kaya Indonesia lainnya.
Yang pasti, berdasarkan catatan Forbes, Dewi Kam mendapatkan sebagian besar kekayaannya dari kepemilikan sahamnya di Bayan Resources.
Masih menurut Forbes, Bayan Resources merupakan perusahaan tambang batu bara terkemuka milik Low Tuck Kwong, orang terkaya di Indonesia yang memiliki harta US$27,9 miliar.
Perusahaan itu didirikan pada 2004 lalu. Forbes menyebut kekayaan Dewi melejit usai saham Bayan naik hingga tiga kali lipat pada 2022 imbas krisis energi melanda dunia.
Maklum, setelah krisis energi terjadi, harga batu bara yang menjadi salah satu sumber energi dan andalan Bayan Resources mendulang cuan, saat itu melonjak.
Melansir Trading Economics, karena krisis energi itu, harga batu bara yang pada 3 Januari 2022 hanya US$195 per ton melonjak jadi US$404 per ton pada akhir 2022.
Artinya, harga batu bara naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan pada awal tahun 2022.
Imbas kenaikan itu, harga saham yang awal 2022 hanya 26.200 melesat menjadi 93.100 jelang penghujung 2022, meskipun kemudian berangsur turun.
“Dewi Kam mendapatkan sebagian besar kekayaannya dari saham minoritas perusahaan tambang Bayan Resources yang naik tiga kali lipat pada 2022, atau saat krisis energi global tahun lalu,” kata Forbes seperti dikutip dari laporan mereka.
Melansir detik.com, Dewi memiliki 10 persen saham di Bayan Resources.
Selain di sektor pertambangan batu bara, Forbes juga menyebut kekayaan Dewi juga terpupuk dari beberapa usaha atau bisnis listrik.
Mereka tak merinci bisnis pembangkit listrik seperti apa yang ditekuni oleh Dewi.
Cuma, kalau melansir hasil kajian ICW dalam laporan bertajuk ‘Siapa di Balik Pembangkit’ yang dipublikasikan pada 20 Agustus 2020 di website antikorupsi.org, diketahui Dewi merupakan pemilik 91 persen saham PT Sumber Energi Sakti Prima.
Komposisi kepemilikan saham itu didasarkan pada data Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM 26 November 2018.
Lewat perusahaan ini, Dewi terlibat dalam pembangunan proyek PLTU Jeneponto bersama dengan PT Bosowa Energi.
Selain mengempit 91 persen saham, nama Dewi juga tercatat sebagai komisaris perusahaan.
Dewi dalam laporan itu juga terungkap menjadi pemegang saham Birken Universal Corporation dan Direktur Savill Universal Ltd yang berlokasi di Britisih Virgin Islands.
British Virgin Islands merupakan perusahaan lepas pantai yang terdaftar dalam Database Offshore Leaks Konsorsium Internasional Jurnalis Investigasi.
Dewi juga tercatat menjadi pemegang saham Overseas Finance Ltd yang bertempat di Samoa.
Dia juga diketahui merupakan nominee director Execorp Limited dan nominee Shareholder Portcullis Nominees (BV) Limited, dan Sharecorp Limited. Agus Triyono/CNN Indonesia