‘Kiamat’ baru terjadi di Jepang. Ini menyebabkan panic buying terjadi di negeri tersebut.
Hal ini merujuk kelangkaan beras. Ancaman gempa besar (megathrust), serangkaian topan dan hari libur nasional Obon selama seminggu, membuat warga ramai-ramai berebut membeli beras.
Rak beras di banyak toko kosong. Sementara beberapa swalayan membatasi jumlah besar yang dibeli konsumen.
“Kami hanya dapat memperoleh setengah dari jumlah beras yang biasa pada musim panas ini,” ujar seorang pegawai di cabang jaringan supermarket Fresco yang populer di Tokyo, dikutip dari AFP, Rabu (28/8/2024)
“Karung beras cepat habis terjual,” tambahnya.
“Agar banyak pelanggan dapat membeli, kami meminta Anda untuk membeli satu (kantong beras) sehari per keluarga,” bunyi pengumuman di toko makanan Tokyo.
Beras sangat mengakar dalam budaya Jepang dan panennya telah membentuk lanskap negara tersebut, digunakan sebagai mata uang pada abad ke-7.
Dengan konsumsi tujuh juta ton per tahun, beras sejauh ini merupakan makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi di negara tersebut.
Permintaan beras sebenarnya telah menurun selama beberapa waktu. Namun, karena populasi yang menurun dan perubahan kebiasaan makan banyak orang Jepang saat mereka memilih alternatif.
Tapi, stok nasional pada bulan Juni memang yang terendah sejak 1999 ketika data pembanding pertama kali dikumpulkan.
Fakta lain bahwa harga beras tidak terlalu terpukul oleh inflasi seperti produk lain mungkin juga telah mendorong lebih banyak orang untuk membeli beras daripada bahan pokok lainnya.
Menurut indeks harga konsumen bulanan yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri Jepang, angka terbaru dari bulan Juni menunjukkan bahwa harga beras hanya naik 7% sejak tahun 2020. Ini dibandingkan dengan kenaikan masing-masing sebesar 21% dan 20% untuk roti dan mi.
Belum lagi konsumsi wisatawan yang datang. Suhu tinggi juga berdampak pada banyaknya minat membeli beras dibanding sumber makanan lain.
“Pelanggan mengantre sebelum toko dibuka tetapi tumpukan kantong, yang masing-masing berisi 10 kg, selalu terjual habis pada pagi hari,” ujar toko lainnya masih dalam laman yang sama.
“Harap tenang dalam aktivitas pembelian Anda dengan hanya membeli beras dalam jumlah yang Anda butuhkan,” pantauan wartawan AFP di lapangan menyebut salah satu pernyataan pekerja swalayan.
Sementara itu, pemerintah Jepang telah memberi peringatan ke warga agar jangan melakukan pembelian panik. Musim panen baru disebut telah dimulai dengan 40% hasil panen tersedia pada akhir September.
“Jadi pemerintah meminta masyarakat untuk tetap tenang dan bertindak sesuai dengan situasi,” tambah Serikat Koperasi Pertanian Pusat (JA Zenchu).
“Sangat penting bagi produsen dan konsumen untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pasokan dan permintaan beras. Kita harus terus mencermati situasi saat ini dan memastikan bahwa upaya produksi kita sejalan dengan permintaan produksi beras pada tahun 2025,” tambahnya.
Source : CNBC Indonesia