Bursa Asia cenderung melemah ditengah turunnya indeks dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil Treasury AS. Hari ini, Jumat (25/10/2024) pasar Asia fokus pada peristiwa politik dan ekonomi di Jepang.

Indeks KOSPI, Nikkei dan S&P/ASX 200 kompak melemah.

Indeks KOSPI Korea Selatan tergelincir mendekati posisi terendah dalam 2 pekan lebih, usai data perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2024 Korea Selatan tumbuh lebih rendah.

PDB Korea Selatan tumbuh hanya 0,1% pada kuartal III-2024, meleset dari perkiraan 0,4% menyusul kontraksi 0,2% pada kuartal II-2024, sementara itu pertumbuhan tahunan melambat menjadi 1,5%, di bawah perkiraan 2%.

Adapun, perhatian pasar Asia kini fokus pada peristiwa politik dan ekonomi di Jepang.

Masyarakat Jepang akan pergi ke tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum hari Minggu, dan beberapa jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan koalisi yang berkuasa dapat kehilangan mayoritas parlementernya.

Dari perspektif pasar, hal ini dapat menghilangkan stabilitas politik yang dibutuhkan Bank of Japan (BOJ) untuk mengarahkan kenaikan suku bunganya.

Inflasi konsumen Tokyo, indikator utama tren harga nasional dan sorotan utama kalender ekonomi Asia pada hari Jumat, juga dapat menjadi bahan pertimbangan BOJ menjelang pertemuan kebijakannya minggu depan.

Inflasi di Tokyo kemungkinan berada di bawah target harga bank sentral untuk pertama kalinya dalam lima bulan, menurut jajak pendapat Reuters, yang mencapai tingkat tahunan sebesar 1,7%.

Hal itu akan menyusul kenaikan 2,0% pada bulan September dan menandai pertama kalinya data tersebut meleset dari target BOJ sebesar 2% sejak bulan Mei.

Seorang pejabat senior Dana Moneter Internasional pada hari Kamis mengatakan setiap kenaikan suku bunga lebih lanjut di Jepang harus dilakukan secara “bertahap,” dengan mencatat bahwa langkah BOJ dapat memengaruhi pasar keuangan negara-negara lain tempat investor Jepang memegang posisi besar.

Krishna Srinivasan, direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, juga mengatakan bahwa sebagian besar bank sentral Asia memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, karena dimulainya siklus pelonggaran AS mengurangi kekhawatiran akan pelemahan mata uang mereka yang tidak diinginkan.

Terlebih lagi, risiko terhadap prospek ekonomi Asia condong ke sisi negatif, tambahnya.

Source : CNBC Indonesia Research