Tupperware mendapatkan kesempatan untuk kembali ‘hidup’ setelah hakim kebangkrutan Amerika Serikat (AS) menyetujui kesepakatan untuk menyelamatkan perusahaan asal Massachusetts, tersebut.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Tupperware akan menjual nama merek dan aset utamanya kepada sekelompok pemberi pinjaman dengan harga US$23,5 juta tunai (sekitar Rp 369 miliar) dan US$63 juta (Rp 991 miliar) dalam bentuk keringanan utang.
“Ini adalah situasi yang sangat membutuhkan resolusi global yang luas,” kata seorang pengacara yang mewakili Tupperware, selama sidang Pengadilan Kepailitan AS, Spencer Winters, seperti dikutip Daily Mail pada Jumat (1/11/2024).
Winters menyebut perjanjian penjualan itu sebagai ‘hasil yang luar biasa’. Hal ini, menurutnya, akan mempertahankan bisnis, hubungan pelanggan, dan pekerjaan Tupperware.
Perjanjian penjualan tersebut juga mengharuskan Tupperware untuk menjadi perusahaan swasta di bawah kepemilikan yang mendukung dari kelompok pemberi pinjaman pembelian, meliputi manajer dana lindung nilai Stonehill Capital Management dan Alden Global Capital. Berdasarkan kesepakatan perusahaan tersebut akan menjadi perusahaan swasta dan dihapus dari bursa saham.
Tupperware didirikan pada tahun 1946 oleh ahli kimia Earl Tupper. Produk wadah plastik kedap udaranya membantu makanan bertahan lebih lama bagi keluarga yang masih berjuang setelah perang dan Depresi Besar.
Merek tersebut memperoleh popularitas pada pertengahan abad ke-20 dengan “pesta Tupperware” yang terkenal. Model penjualan langsung yang memberi banyak wanita kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual kepada teman dan tetangga.
Sementara merek tersebut berkembang untuk mencakup berbagai produk dapur selama bertahun-tahun, persaingan dari pesaing baru- seperti Rubbermaid dan OXO- dan pergeseran preferensi konsumen ke arah wadah kaca mengikis dominasinya.
Perusahaan berusia 78 tahun tersebut telah berjuang selama bertahun-tahun untuk menghidupkan kembali peruntungannya.
Pandemi memberi Tupperware dorongan penjualan sementara karena lebih banyak orang memasak di rumah, tetapi itu tidak cukup untuk mengimbangi perjuangan merek tersebut. Di tengah utang lebih dari US$1,2 miliar, perusahaan itu mengajukan kebangkrutan pada September 2023.
CNBC Indonesia