Miliarder India, Gautam Adani didakwa di pengadilan Amerika Serikat (AS).

Ia disebut telah membayar suap ratusan juta dolar dan menyembunyikan pembayaran tersebut dari investor.

Pemilik kerajaan bisnis Adani Group tersebut memang telah diguncang sejumlah kasus dalam beberapa terakhir, dengan tuduhan penipuan perusahaan, yang membuat sahamnya jatuh.

Bisnisnya meliputi batu bara, bandara, semen hingga media.

Adani diduga telah setuju untuk membayar lebih dari US$250 juta dalam bentuk suap kepada pejabat India.

Kesepakatan tersebut diproyeksikan menghasilkan lebih dari US$2 miliar laba setelah pajak, selama sekitar 20 tahun.

Namun tak satupun dari beberapa terdakwa dalam kasus ini ditahan, termasuk Adani.

Adani sendiri merupakan loyalis Perdana Menteri India Narendra Modi dan berasal dari kampung halaman yang sama, Gujarat.

“Dakwaan ini menuduh adanya skema untuk membayar suap lebih dari U$250 juta kepada pejabat pemerintah India, berbohong kepada investor dan bank untuk mengumpulkan miliaran dolar, dan menghalangi keadilan,” kata Wakil Asisten Jaksa Agung Lisa Miller, dikutip AFP, Kamis (21/11/2024).

“Gautam Adani dan tujuh eksekutif bisnis lainnya diduga menyuap pemerintah India untuk membiayai kontrak menguntungkan yang dirancang untuk menguntungkan bisnis mereka… sementara terdakwa lainnya diduga berusaha menyembunyikan konspirasi penyuapan dengan menghalangi penyelidikan pemerintah,” kata salah satu penyelidik FBI, James Dennehy.

Adani kerap digambarkan sebagai seorang introvert. Ia tidak menonjolkan diri dan jarang berbicara kepada media serta sering kali mengirim “letnan-nya” untuk menjadi bintang utama acara perusahaan.

Adani lahir di Ahmedabad, negara bagian Gujarat, dari keluarga kelas menengah tetapi putus sekolah pada usia 16 tahun.

Ia kemudian pindah ke ibu kota keuangan Mumbai untuk mencari pekerjaan di perdagangan permata yang menguntungkan di kota itu.

Setelah bekerja sebentar di bisnis plastik milik saudaranya, ia meluncurkan konglomerat keluarga andalan yang menyandang namanya pada tahun 1988 dengan melebarkan sayap ke perdagangan ekspor.

Terobosan besarnya datang tujuh tahun kemudian dengan kontrak untuk membangun dan mengoperasikan pelabuhan pengiriman komersial di Gujarat.

Ekspansi cepat Adani Group ke bisnis padat modal sebelumnya menimbulkan kekhawatiran.

Anak perusahaan Fitch dan peneliti pasar CreditSights memperingatkan pada tahun 2022 bahwa perusahaan itu “sangat terlilit utang”.

Pada tahun 2023, sebuah laporan mengejutkan dari perusahaan investasi AS Hindenburg Research mengklaim konglomerat itu telah terlibat dalam “skema manipulasi saham dan penipuan akuntansi yang terang-terangan selama beberapa dekade”.

Hindenburg mengatakan pola “kelonggaran pemerintah terhadap kelompok tersebut” yang sudah berlangsung puluhan tahun telah membuat para investor, jurnalis, warga negara, dan politisi enggan menentang tindakannya “karena takut akan pembalasan”.

CNBC Indonesia