Bursa Asia Pasifik mayoritas bergerak merah merona merespon data pasar tenaga kerja AS yang melambat tajam memicu potensi resesi.

Dari bursa Jepang, Indeks Nikkei 225 turun sebanyak 7% menjadi sekitar 33,370 sementara Indeks Topix yang lebih luas turun 6,5% menjadi 2,370 pada hari Senin (5/8/2024).

Dengan kedua tolok ukur tersebut bursa saham Jepang mencapai posisi terendah tujuh bulan karena investor terus bergulat dengan prospek suku bunga yang lebih tinggi di Jepang.

Ekuitas lokal juga mengalami aksi jual akibat reli tajam yen yang merugikan prospek keuntungan industri-industri besar ekspor Jepang.

Pekan lalu, Bank of Japan menaikkan suku bunga kebijakannya menjadi 0,25% dan mengisyaratkan kesediaan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, dengan pasar memperkirakan dua kenaikan lagi pada tahun fiskal ini dibandingkan akhir Maret 2025.

Saham-saham Jepang juga mencatat kerugian di Wall Street yang didorong oleh kekhawatiran akan kenaikan suku bunga yang lebih besar atau hard landing.

Resesi AS dan pendapatan mengecewakan dari perusahaan-perusahaan teknologi besar. Saham-saham finansial memimpin aksi jual, dengan kerugian tajam yang dialami oleh Mitsubishi UFJ (-12.1%), Sumitomo Mitsui (-11.2%) dan Tokio Marine Holdings (-10.2%).

Saham teknologi kelas berat, otomotif dan konsumen juga anjlok, termasuk Disco Corp -6.5%0, Toyota Motor (-8.3%) dan Fast Retailing (-4%).

Dari Hongkng, Hand Seng Index terkoreksi 0,22%, sementara bursa saham Singapura masih menghijau tipis 0,12%.

Bursa Austrlia,Indeks S&P/ASX 200 turun 2,5% menjadi sekitar 7.743 pada hari Senin setelah kehilangan 2,1% di sesi sebelumnya, mencapai level terendah satu bulan karena investor bersiap untuk keputusan kebijakan moneter terbaru Reserve Bank of Australia.

Pasar sebelumnya mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga dari RBA pada minggu ini, namun angka inflasi yang lebih rendah dari perkiraan mendorong para pedagang untuk menarik kembali pertaruhan tersebut.

Saham-saham Australia juga mengikuti kerugian di Wall Street yang didorong oleh kekhawatiran resesi AS dan pendapatan mengecewakan dari perusahaan-perusahaan teknologi besar.

Bank kelas berat dan penambang bijih besi memimpin penurunan, dengan penurunan tajam yang dialami oleh Commonwealth bank (-2.7%), ANZ Group 9-3.2%), National Australia Bank (-3%), BHP Group (-2.1%) Fortescue (-2.5 %).

Saham-saham yang terkait dengan teknologi, konsumen, emas, dan energi bersih juga mengalami aksi jual besar-besaran.

Source : CNBC INDONESIA RESEARCH