Presiden Partai Buruh Said Iqbal menilai upah ideal di DKI Jakarta seharusnya mendekati angka Rp7 juta jika didasarkan atas hasil survei biaya hidup dari Badan Pusat Statistik (BPS).
“Jadi (upah ideal Jakarta) mendekati angka 7 juta rupiah hasil survei BPS namanya SBH, survei biaya hidup,” kata Said saat ditemui di Kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Rabu (1/5/1024).
Said menilai upah minimum di Jakarta saat ini belum menemui angka yang ideal. Terlebih, kata dia, pengeluaran primer yang harus dibayar pekerja sudah mencapai angka Rp 4,3 juta.
Pengeluaran primer itu berdasarkan perhitungan Said yang melingkupi pengeluaran untuk makan, sewa rumah, hingga transportasi.
“Bagaimana dengan pakaian atau jajan anak? Enggak cukup kalau upah minimum seperti yang sekarang ini, sekitar 4,9 atau 5,1 juta rupiah,” jelas dia.
Oleh karena itu, salah satu tuntutan yang diajukan oleh massa buruh kepada pemerintah dalam aksi Hari Buruh Sedunia (May Day) kali ini adalah menolak upah murah.
Tak hanya itu, ia juga menyinggung kenaikan upah yang sangat minim di daerah. “Tolak upah murah, bayangkan naik upah murah 1,58%. Bahkan di daerah ada yang naiknya Rp14.000 sebulan,” kata dia.
Sejarah Hari Buruh Sedunia atau May Day berasal dari aksi buruh di Chicago, Amerika Serikat pada 4 Mei 1886. Aksi yang dibalas represi aparat itu menyebabkan kejadian kerusuhan Haymarket.
Namun, aksi tersebut membuahkan hasil yang dinikmati seluruh pekerja dunia yakni 8 jam kerja, 8 jam rekreasi, dan 8 jam istirahat.
Di Jakarta, aksi buruh dipusatkan di Bundaran HI, dan pada siang hari kemudian berpindah ke Stadion Gelora Bung Karno.
Pada perayaan Hari Buruh kali ini, Presiden Joko Widodo tidak hadir karena tengah kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Timur.
Source : CNN Indonesia