Timnas Inggris memang tak pernah jadi raja Eropa. Namun, tak pernah bukan berarti tidak akan. Itulah yang akan dibuktikan Inggris saat jumpa Spanyol di final Euro 2024.
Pertandingan final Piala Eropa edisi ke-17 ini akan berlangsung di Stadion Olimpia Berlin pada Minggu (14/7/2024) malam waktu Jerman atau Senin (15/7/2024) dini hari WIB.
Situasinya, The Three Lions tak diunggulkan. Bahkan mesin superkomputer Opta, yang berbasis di Inggris, menyebut peluang Spanyol lebih besar, 40,5 persen berbanding 29 persen.
Secara ideologis, Inggris kini tak diasosiasikan lagi dengan kick and rush atau tendang dan serang. Inggris dalam asuhan Gareth Southgate sudah jauh bertransformasi.
Di Euro 2012 misalnya, Inggris asuhan Roy Hodgson hanya punya 39,2 persen ball possession. Kini, di Euro 2024 bersama Southgate, total persentase ball possession Inggris menjadi 57,9 persen.
Dalam urusan bertahan, Inggris juga jagoan. Dalam catatan opta, rasio expected goal (xG) lawan dibuat 0,8 per 90 menit. Ini xG terendah dari semua tim di Euro 2024.
Artinya barisan pertahanan Inggris bisa membuat lawan hanya punya sedikit peluang untuk mencetak gol. Belanda contohnya tak punya satu peluang gol antara menit ke-30 hingga ke-64.
Namun, Spanyol punya modal kuat untuk melibas keangkuhan Inggris. Lini tengah dan serang La Roja yang diarsiteki Luis de la Fuente adalah yang paling berani dan solid.
Italia, Jerman, dan Prancis, tiga tim yang punya sisi pertahanan kuat, dibuat melemah. Sirkulasi bola cepat di tengah dikombinasi umpan silang tak terduga mematikan ide-ide lawan.
Pakem falsafah bola yang dipakai Fuente juga tak otonom. Ada kalanya ball possession dengan membangun serangan dari bawah jadi senjata, ada juga saatnya main pragmatis.
Membangun rasa frustrasi. Begitu kira-kira cara Fuente melemahkan musuh. Caranya tak frontal dengan pressing tinggi dan tiki-taka total, tetapi membuat emosi pemain kunci.
Toni Kroos yang kalem dan cerdas, sebagai pemisalan, dibuat naik pitam. Pemain yang pensiun selepas Euro 2024 ini dipaksa main kasar dan umpannya tak lagi brilian.
Fakta-fakta ini membuat aroma megaduel Spanyol versus Inggris akan sengit. Kiranya hiburan tingkat tinggi akan tersaji, tetapi potensi Inggris mengejutkan terbilang besar.
Adu Kunci Sakti Rice vs Rodri di Final Euro 2024
Mengacu statistik di laman UEFA, Jude Bellingham tercatat sebagai pemain dengan tekel bersih paling tinggi. Selama Euro 2024, ia berhasil menekel lawan 19 kali.
Pada saat yang sama, Declan Rice juga bermain dingin. Pemain Arsenal ini punya 14 tekel. Rice juga tercatat sebagai pemain dengan tingkat merebut bola paling tinggi, 41 kali.
Tepat di bawah Rice ada Marc Guehi dengan 40 kali kesuksesan. Catatan Guehi ini lebih baik dari Antonio Rudiger (Jerman) dan Manuel Akanji (Swiss) meski sempat absen sekali.
Sosok seperti inilah yang tidak dimiliki Spanyol. Memang ada Rodri yang mesin kerjanya sebagai metronom terbilang jenius, tetapi dalam urusan bertahan tidak begitu menonjol.
Pemain Spanyol dengan kesuksesan merebut bola paling tinggi adalah Aymeric Laporte, 32 kali. Di bawah Laporte ada nama Rodri dan bek kiri nyentrik Marc Cucurella.
Dengan kata lain Rice akan bertarung hebat dengan Rodri. Dua otak permainan Inggris dan Spanyol ini akan adu cerdik. Duel Fabian Ruiz dan Kobbie Mainoo juga layak dinanti.
Soal magis Lamine Yamal di sayap, Inggris punya Kyle Walker. Pemain Manchester City ini sebelumnya sukses mengantongi Cody Gakpo yang dianggap senjata utama Belanda.
Dani Olmo sebagai pemain paling berbahaya Spanyol lainnya, juga tak akan dibiarkan Guehi. Sihir Olmo bukan picisan saat menghancurkan Jerman dan Prancis.
Satu hal lainnya, Inggris punya barisan depan meyakinkan, Harry Kane dan Ollie Watkins. Sedangkan di kubu Spanyol Alvaro Morata dan Joselu masih nirgol di Euro 2024.
Berkaca dari enam laga Inggris dan Spanyol sebelumnya, mungkin gol-gol dalam laga ini terjadi lewat momen ajaib. Inggris dan Spanyol sama-sama punya momen ajaib itu.
Gol salto Bellingham ke gawang Slovakia saat waktu pertandingan tinggal 30 detik lagi usai, salah satunya. Gol Yamal ke gawang Prancis pun indah yang terbilang ajaib.
Terakhir, fakta sejarah tertulis, pelatih yang membawa timnya juara Euro sejak edisi pertama pada 1960 hingga 2020, merupakan yang sudah menangani tim lebih dari dua tahun.
Fuente menangani Spanyol selepas Olimpiade Tokyo pada 2022. Adapun Southgate sudah sejak 2016. Garis sejarah mungkin berpihak ke Southgate, tetapi Fuente bisa saja mematahkan kutukan.
Source : CNN Indonesia